Tuesday, April 2, 2013

Mustafa, Musdalifah, Pendeta, dan ubur-ubur

Ketika Mustafa sudah menambatkan hatinya pada Musdalifah, maka Mustafa secara tidak langsung sudah harus siap menghadapi seorang pemuka agama yang disebut dengan pendeta. 

Hanya ada Mustafa dan Musdalifah di hadapan pendeta dalam satu ruangan. Ketika sudah bertemu dengan pendeta tentu saja yang dibicarakan adalah kehidupan kristiani yang berdasarkan pada alkitab dan segala penafsirannya. Tentang bagaimana mereka berdua dijodohkan oleh Tuhan dan menyikapinya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh sang comblang. 


Awalnya tentang nenek moyang yaitu Adam dan Hawa. Kemudian bagaimana pria dan wanita sudah seharusnya hidup berdampingan tanpa ada yang menjadi kepala bagi satu dan lain. Karena wanita diambil dari tulang rusuk sang pria, bukan dari tengkorak atau tulang jempol kaki. Tuhan sepertinya sudah memikirkan bagaimana manusia menafsirkan asal muasal itu, karena kalau wanita diambil dari tengkorak, manusia akan berfikir kalau wanita yang harusnya memimpin sang pria. Kebalikannya, kalau wanita diambil dari tulang jempol kaki, maka wanita yang akan menjadi bawahan bagi si pria. Maka dari itu, manusia seharusnya hidup berdampingan. 


Dan kenapa pula pria dan wanita harus hidup berpasangan? karena itu baik. Jadi ternyata di alkitab itu tertulis kalau hidup bepasangan, pria - wanita, adalah hal yang baik. Sama seperti makhluk hidup lain yang diciptakan sebelum manusia. Tidak perlu diperdebatkan siapa yang menentukan baik atau tidak ini, karena semua sudah tertulis di alkitab. Mustafa membayangkan ubur-ubur jantan dan ubur-ubur betina dan pastinya sudah saling mengenali mana yang jantan dan mana yang betina, saling jatuh cinta dan kemudian berhubungan  seksual sehingga melahirkan keturunan. Pastinya ubur-ubur betina tidak diambil dari tulang rusuk si ubur-ubur jantan.


Kemudian perbincangan berlanjut pada perzinahan. Perzinahan itu bukan berarti berhubungan seksual dengan pasangan milik orang lain. Mustafa nantinya ketika sudah menikah juga bisa saja melakukan perzinahan dengan Musdalifah. kok bisa? ya bisa! Karena perzinahan ternyata juga termasuk ketika "begituan" tetapi hanya mementingkan hawa nafsu, semisal Mustafa seorang, tanpa ada rasa ingin berbagi kasih sayang. Setelah perzinahan, biasanya berujung pada perceraian. Nah, perceraian pertama kali yang dicatat dalam alkitab adalah perzinahan anaknya Musa. Dan Musa menentangnya. tetapi apa mau dikata, Musa sudah terlanjur melihat keteguhan hati sang anak untuk bercerai, akhirnya dia memutuskan kalau mau bercerai ya harus mengajukan surat yang sah. Mungkin ini yang pada zaman non alkitab harus ada persidangan secara hukum dan secara agama kalau mau bercerai. 


Yang menarik adalah pesan kalau Mustafa dan Musdalifah sebaiknya tidak memendam perasaan takut satu sama lain. Semisal nih, Mustafa pengen banget beli ubur-ubur elektrik dalam akuarium yang harganya mahal, tetapi Mustafa tau kalau Musdalifah pastilah tidak akan mengizinkan. Nah, karena takut kena semprot Musdalifah, alih-alih berkata jujur Mustafa memilih membeli dan menitipkan ubur-ubur elektrik tersebut di rumah seorang janda sebelah rumah supaya mudah jika Mustafa ingin melihat ubur-ubur kesayangannya. Padahal seperti itu tidak boleh. Mustafa dan Musdalifah seharusnya saling telanjang dan terbuka apa adanya. tidak perlu malu jika bertelanjang, karena dari telanjang itu, Mustafa dan Musdalifah artinya sudah sepakat untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.


Dan boleh saling bertelanjang ketika sudah menikah. "Kalau belum menikah sudah bertelanjang dulu, boleh ndak, pak pendeta? supaya ndak kebacut nantinya..." Pertanyaan itu tentu saja tidak dikeluarkan oleh Mustafa saat berhadapan dengan pendeta. Rusak nanti reputasi sepasang rusa yang sedang kasmaran itu nantinya. 


Dan sayang sekali, Mustafa juga tidak merasakan menemukan contoh konkrit yang menunjukkan sikap saling telanjang diantara suami-istri. Kebanyakan suami atau istri cenderung ingin menjaga perasaan pasangannya agar tidak terluka atau kecewa, dan itu yang membuat seseorang terlihat takut dan tidak jujur. Suami-Istri yang tidak telanjang terlalu banyak ditemukan di kehidupan Mustafa. Dan itu yang membuat Mustafa dan Musdalifah berjanjian untuk selalu saling telanjang. ehhhh...!


 

Mungkin hanya ubur-ubur saja yang selalu bertelanjang.

wallfloweronline.com


1 comment:

  1. hhhmmmm.... apiiiik.... pesan yang bagus sekali, walaupun banyak sekali yang tidak bisa melakukannya. Jadikan sikap terbuka menjadi bagian komitmen kalian. lebih baik bertengkar untuk persoalan yang jelas, dari pada memendamnya dan persoalan menjadi besar hingga akhirnya meledak!....

    ReplyDelete