Monday, April 22, 2013

bahagia kah?

Terjebak dalam lingkungan kerja dimana Mustafa secara sadar berubah menjadi anarkis relijius membuat Mustafa menyusun strategi untuk keluar dari lingkungan itu dan mencari lingkungan yang menurut Mustafa lebih membahagiakan dan menyenangkan. Tetapi Mustafa lupa kalau hal yang menyenangkan dan membahagiakan biasanya hanya ada di awal dan tidak permanen. Apakah Mustafa meninggalkan satu kebahagian untuk katanya mencari kebahagiaan baru di tempat lain akan benar-benar terwujud? Mungkin saja tidak.

Harus disadari kalau kebahagian adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan. Jika ingin bahagia, teruslah mencari. Entah kenapa perjalanan dan pencarian kebahagiaan tidak dapat diterapkan pada hubungan suami istri.

No comments:

Post a Comment