Saturday, September 29, 2012

listrik

Karena saya masih sedikit sebal dan dengki dengan teman saya yang kemarin lulus cepat dan bekerja di pemerintahan, maka saya ingin memuntahkannya lagi kali ini.

Jadi bekerja di perusahaan listrik yang katanya milik negara itu, sepertinya tidak begitu membahagiakan teman saya ini. Kita sebut saja Bunga, bukan nama sebenarnya. Jadi si Bunga ini, dia kerjanya bukan di pulau utama dengan fasilitas yang serba ada, jauh dari apa yang menjadi kebiasaannya. Tetapi dia sudah mendapat pekerjaan yang layak dan membuatnya memiliki apa yang dia cari, jadilah dia menyebrang ke pulau utama setiap satu minggu. Padahal untuk menyebrangnya pun dia akan menghabiskan waktu 8 jam. Belum lagi dia nyebrangnya baru bisa Jumat Malam seusai kerja. Jadi sampai di pulau utama tuh, paling cepat ya pukul 2 pagi. Belum lagi biaya yang dia habiskan untuk pulang - pergi tuh bakalan banyak banget...dan gajinya pun tidak habis-habis. (siallllll!!!!)

Terus apa yang akan dia lakukan sesampainya di pulau utama?

Sabtu pagi, Bunga biasanya tidak mampu untuk bangun cepat, apalagi untuk sekedar jogging. Bisa saja sih dia maksa jogging jam 8 pagi, tapi kan matahari udah tinggi banget tuh, takut kalo nanti kulitnya menghitam. Jadi ya biasalah dia bangun jam 10an gitu paling telat, terus ngapa-ngapain dulu, entah itu sarapan, entah itu cebok, entah itu ngobrol sebentar dengan keluarganya. Lalu jam 12 dia biasanya ngajak ketemuan buat makan siang atau temu kangen dengan teman-teman. Abis itu tidur siang deh. Nah, Bunga ini sayangnya tidak menyertakan saya saat tidur siang.

Bangun sudah setengah petang. Lalu ke mall lagi tentunya. Saya sebenarnya sedikit heran, mall di sini pun tidak lebih besar dari Matahari Klaten atau Pasar Bringharjo Jogja, tapi tetap saja di mall ini, pengunjungnya tidak pernah sepi. Jadi biasanya lihat-lihat baju, lalu makan, lalu kemudian cabut dari mall cari cafe di pinggir pantai. Bwah, pokoknya segala-galanya yang Bunga lakukan tuh serba menyenangkan deh, dan biasanya baru sampai rumah setelah jam 1 pagi.

Lalu apa yang terjadi dengan hari minggu? Minggunya baru mulai beraktifitas menjelang jam 12 siang. Nah, di saat seperti ini, yang paling sering dilakukan adalah mencari makan, dan makananya adalah sate daging yang dagingnya kecilkecil sekali. kalau di Jogja kita biasa menyebut sate seperti ini dengan sebutan "sate kere". Soalnya dagingnya kere alias tipis. Tapi tempat kita makan sate ini salah satu tempat yang ikonik di Lombok. Dengan hutan buatan yang rindang, ada kolam air panasnya, tempat buat outbound, sampe tempat bernaungnya para monyet yang suka usil nggangguin orang lagi makan. 

lalu apa yang terjadi dengan Bunga?

Nah, di jam siang ini, pas kita lagi makan nih, biasanya Bunga dapet telpon dari temennya yang saya ga tau, terus ngajak hangout gitu sorenya. Bunga sudah berusaha menolak, tetapi apa mau dikata, memang usaha si bunga itu tidak pernah keras, jadi ya kita tau, pasti dia mengiyakan ajakan si teman. Padahal travel yang mengantar dia buat pulang ke pulau sebrang tempat dia bekerja adanya cuma sore jam 5. Karena Bunga mengiyakan, jadi ostosmastis dia bakal ketinggalan travelnya dan Senin tidak bisa masuk kerja. Lahhh?


Lalu apa yang dilakukan Bunga?

Dengan piawainya, Bunga menelpon atasannya yang pastinya juga bekerja di perusahaan listrik yang katanya milik negara itu. Kira-kira seperti ini percakapannya...

Bunga: Pak Bos, Ibu (merujuk ke istrinya) suka tahu, nggak, pak?
Bos    : Kenapa memangnya?
Bunga: Ini, mamanya Bunga mau bawain tahu, soalnya pak X juga titip, jadi sekalian saja.
Bos    : Oiya dah kalau begitu bawakan juga sekalian buat ibu.
Bunga: Oiya dah pak, besok bunga bawakan sekalian. Sama ini pak, sekalian Bunga bilang, besok Senin Bunga masuknya siang setelah istirahat makan siang ya, pak, soalnya ada acara ini keluarga malam ini.
Bos    : Oiya, ga papa.
Bunga: Oke pak, terima kasih banyak.
(Kemudian Bunga pun menelpon mamanya di rumah)
Bunga: Mah, beliin Bunga tahu dua bungkus, mau Bunga bawain buat bos bunga.
Mama: Oke.
(lalu telepon ditutup, dan kami kembali ngobrol seperti biasa)

Buat kamu semua yang meremehkan kekuatan tahu, hentikan dari sekarang! apalagi yang namanya tahu lombok, luar biasa enak dan sangat berbeda dengan tahu yang ada di kota lain di Jawa, apalagi kalau dibandingkan dengan tahu Sumedang. Tahu sumedang mah kaga ada apa-apanya. Dan dengan tahu dari Lombok, seorang pegawai perusahaan listrik yang katanya milik negara, bisa bolos kerja sewaktu-waktu. sungguh luar biasa. WTF!

Thursday, September 27, 2012

Korup

Siapa sih yang tidak tahu keelokan alam Lombok? Mulai dari pantai Senggigi yang ikonik, sampai beningnya air Tanjung Aan. Saya jamin bagi yang baru pertama kali datang ke pulau Lombok pasti akan terpikat dan ingin kembali lagi. Bahkan mungkin juga ingin menetap di pulau Lombok, seperti saya.

Sayangnya saya sedikit menyesal.

Belum semua memang keindahan alam Lombok saya habiskan. Saya belum ke air terjun Sendang Gila, belum ke Gili Nanggu, belum ke Rinjani, dan belum ke pantai-pantai tak terjamah lainnya. Tapi saya sudah tidak ingin tinggal lebih lama lagi. titik.

Bekerja di sebuah perusahaan periklanan, atau mungkin percetakan sedikit lebih tepat, membuat saya berurusan langsung dengan berbagai macam pelanggan. Pelanggan lepasan yang sesekali datang, sampai pelanggan tetap yang selalu datang. Saya tidak ada masalah dengan pelanggan lepasan. Saya bermasalah dengan pelanggan tetap. Lebih khusus lagi, pelanggan dari dinas pemerintahan.

Dinas pemerintahan selalu memesan dalam jumlah yang besar. Senang sekai karena omset penjualan turut terdongkrak. Tidak terlalu ambil pusing dengan desain yang sederhana. Tidak banyak mempermasalahkan ketika saya membuat kesalahan. Dan yang paling penting, untuk pemodal saya, pembayaran yang tidak pernah terlambat. Sungguh pelanggan yang menyenangkan.

Kemudian apa yang dipermasalahkan?

Mereka meminta nota kosong.

Mereka membayar dengan harga normal, tetapi nota yang diberikan tertera harga yang sudah dikalilipatkan. Tidak masalah dengan perusahaan saya, karena hal seperti itu sudah biasa. Tetapi masalah dengan saya, karena hal seperti itu tidak biasa. Mungkin saya akan menjadi biasa dengan hal seperti itu, tapi saya tidak ingin, karena kemungkinan saya juga memiliki jiwa yang korup. 

Rekan sepekerja saya pun membenarkan seperti itu dan merasa tidak ada masalah dengan itu. Sialnya, yang korup itu adalah salah satu lembaga yang menjamin kesejahteraan sosial tenaga kerja, dan teman sekerja saya selalu mengeluh kalau kesejahteraannya tidak terpenuhi. Bahkan perwakilan dari lembaga itu pun mengeluh kalau dia tidak sejahtera. 

WTF! jadi sebenarnya hal itu masalah ga sih buat kalian?

Pesanan sebesar Rp 4.200.000,- dinaikkan menjadi Rp 9.600.000,-. Dia sudah untung dua kali lipat lebih. Dari keuntungan Rp 9.600.000 itu akan diberikan kepada kurir lembaga itu sendiri sebesar Rp 300.000,- . Biasanya keesokan hari setelah transaksi, si bapak pemesan dari lembaga itu akan datang lagi ke toko saya dengan membawakan gorengan senilai Rp 20.000,- . Saya dan seluruh pekerja menghabiskannya dengan lahap dan tidak ada yang mempertanyakan lagi, kecuali saya.

Asalnya dari mana, sih?

Ada seorang teman yang lulusan universitas negeri di kota ini. Dia kuliah di Fakultas Hukum. Lulus dengan nilai sangat memuaskan kurang dari 4 tahun (Sebenarnya saya sedikit iri, karena masa saya kuliah dua kali lebih lama dari dia dan nilai saya juga jauh dibawah dia, ditambah lagi saya bukan dari Fakultas Hukum) dan sekarang dia kerja di perusahaan listrik yang katanya milik negara. Perlu saya tekankan kalau negara yang dimaksud adalah negara Indonesia. Masuk akal, karena dia berangkat dari universitas negeri, maka kerjanya di perusahaan milik negeri juga. Dan masuk akal juga, karena orangtuanya juga bekerja di perusahaan listrik itu, maka dia juga masuk perusahaan itu.

Yang tidak masuk akal adalah, bagaimana bisa dia tidak bisa mengoperasikan komputer sekedar untuk program seperti Microsoft Word? Bagaimana bisa juga dia tidak mampu memahami bahasa inggris standar yang ada di smartphonenya? Itu kan konyol....lha wong nggarap skripsi yo nganggo Microsoft Word. Terus dengar-dengar, Fakultas Hukum juga banyak ambil referensi kuliah dari Belanda, yang kemudian (mungkin) diterjemahkan ke bahasa inggris. Kok bisa dia lulus cum laude? hah? gimana coba? (sedikit iri)

Karena dia memiliki jiwa yang korup! itu jawabannya saudara-saudara. (berdiri di mimbar, pakai baju hitam, pakai ornamen kerah warna putih) Jiwa yang korup itu sama seperti uang, tidak dibawa mati, tetapi semasa hidup mengganggu sekali. Amen, Saudara-saudara? Dia membayar orang lain untuk mengerjakan tugasnya. Dia membayar dosennya untuk meluluskannya. Dia tidak perlu paham bahasa Inggris, dia tidak perlu paham microsoft word, dia hanya perlu ongkang-ongkang kaki di pagi hari, dan jalan-jalan ke mall di sore hari. Bisa dipastikan di universitasnya yang negeri itu, orang yang tidak mampu secara keuangan, tetapi mampu secara jiwa, masih banyak menghuni kampusnya. 

Kemudian teman saya ini, yang orangtuanya juga bekerja di perusahaan listrik, mendaftar menjadi PNS. Dia melakukannya dengan cara yang bersih menurut pengakuannya. Tidak ada sogok menyogok, tidak ada nepotisme, dan pastinya tidak ada koalisi apapun. Dia ikut tes penerimaan pegawai negeri, dan loloslah dia di perusahaan listrik yang katanya milik negara itu. Amin! Emangnya tes PNS tuh gampang banget, ya? Kalau iya gampang banget, kenapa teman-teman saya banyak yang gagal ginjal gituh pas ikut tes? mungkin karena negara kita tidak membutuhkan pekerja yang bisa memahami bahasa inggris standar smartphone atau microsoft word. Cukup pekerja yang bisa menulis dan pandai mencari peluang mendapatkan penghasilan tambahan. Kalau memang seperti itu, mungkin saya akan mengurus kartu kuning dan mencoba untuk ikut tes PNS di lain kesempatan.  

Apa yang bisa saya lakukan?

Saya bisa saja tidak mau memberikan nota kosong, supaya saya sedikit memberikan edukasi terhadap orang-orang itu, tetapi kemudian pelanggan itu tidak akan kembali lagi, omset toko menurun, dan saya dipecat. 
Saya bisa saja mengadukan perwakilan lembaga pemerintahan yang korup ini ke atasannya langsung, tetapi kalau atasannya juga korup, bagaimana cerita? paling saya sebelum sampai rumah mampir dulu ke rumah sakit karena kecelakaan. 
Saya bisa saja meminta sebagian dari hasil korupsinya, tetapi saya nanti akan ditertawakan,"kan udah dibeliin gorengan". anyinggggg!

Saya menjadi penulis saja kalau begitu.