Sunday, June 30, 2013

Kebahagiaan Pranikah: Midodareni

"Kamu tidak bahagia, ya, saat kita menikah?"

Ya gimana yaaaaa, Mustafa juga bingung dah njawabnya. Kalo dibilang ga bahagia juga ndak tepat, soalnya Mustafa yang ngajak kawin, tapi kalo dibilang bahagia juga ya..."mana calon istri gw!?" soalnya Mustafa ngerasa kalo udah lama banget ndak ketemu Musdalifah, mau kawin kok kesannya malah disuruh berjuang sendiri-sendiri sih...Mustafa di sini - Musdalifah di sana. Jauh!

Setelah acara siraman, sekitar dua jam kemudian acara masih dilanjutkan, yaitu Midodareni. Midodareni ini...ehhmmm...ngapain ya...pokonya malem midodareni, gt dah orang-orang pada bilang. Jadi ya karena namanya malem midodareni, ya harus dilaksanakan malam juga. Mungkin ini yang dinamakan lamaran adat jawa.

Malam Midodareni ini acaranya adalah temu keluarga Mustafa dengan keluarga Musdalifah, dimana keluarga Mustafa membawakan berbagai macam serah-serahan dari alat mandi, pakaian, tas, sepatu, make up, sampai dengan beras. Jadi nanti dari pihak keluarga Mustafa akan memiliki MC sendiri yang diduelkan dengan MC Musdalifah. Kedua MC ini akan battle dengan bahasa jawa yang sangat halus sampai-sampai Mustafa tidak bisa memahami apa sebenarnya yang diucapkan oleh mereka berdua. Tapi katanya sih mereka saling mengutarakan maksud dan tujuan datang kepada keluarga Musdalifah. 

Dan Musdalifah disembunyikan tidak boleh bertemu dengan Mustafa.

Nah, MC dari Musdalifah ini rada nakal, masa' Mustafa dan Abah - Umi dipanggil kedepan dihadapan puluhan tamu, lalu diadu dengan Abah-Umi Musdalifah. Lalu MC meminta saling salaman untuk kemudian menyerahkan Mustafa untuk ikut kepada keluarga Musdalifah. Nah loh. Jadi Mustafa tidak kembali lagi ke tempat duduk pihak Mustafa, tetapi langsung duduk dengan pihak Musdalifah. 

Dan Musdalifah disembunyikan tidak boleh bertemu dengan Mustafa.

Haaaaah. Lalu acara doa yang dipimpin oleh dua pemudi yang ceria dengan lagu yang membuat Mustafa mengeluarkan suara fals. Mustafa hanya bisa tertunduk berpura-pura menyanyi padahal hanya megap-megap ga jelas suaranya sambil matanya menatap sepatu sendiri layaknya personil band aliran shoegaze. Dilanjutkan dengan makan malam yang sederhana tetapi nikmat, sedikit bersenda gurau dengan para hadirin, dan Mustafa lebih memilih mengintip Musdalifah dari kejauhan. Kamar tempat persembunyian Musdalifah memiliki jendela kaca superbesar dengan tirai yang dibiarkan terbuka. Dan Musdalifah beserta beberapa temannya berada di dalam sana. Ya, Musdalifah cantik sekali. 

Dan Musdalifah disembunyikan tidak boleh bertemu dengan Mustafa.

Mustafa tidak berani mendatangi Musdalifah atau melihat berlama-lama, takut kalau pamali dan hasilnya justru tidak baik nantinya. Maka Mustafa membuang muka dari jendela itu, dan kembali ke tempat acara tadi berlangsung. MC dari pihak Musdalifah menutup acara dengan bahasa Jawa yang sekali lagi tidak dapat dimengerti oleh Mustafa, kemudian mempersilahkan tamu wanita yang ingin bertemu dengan Musdalifah. Tentu saja Mustafa tidak boleh. Komentar dari para tamu yang masuk dan menemui Musdalifah pun bermacam-macam, tapi yang paling Mustafa ingat adalah komentar dari seorang kerabat Mustafa, "Aku habis ketemu bidadari". bwahahahahahahaa...Entah kenapa Mustafa malah tersipu-sipu malu, padahal yang dipuji bukan Mustafa.

Ah, Mustafa tetap belum bisa bertemu dengan Musdalifah, mereka semakin lama terpisah, padahal malam ini mereka sudah berada sangat dekat. Kesal rasanya sudah sedekat itu tidak bisa bertemu. Di dalam kesalnya Mustafa tetap belum bisa menjawab pertanyaan Musdalifah, namun berbeda dengan acara sebelumnya, Mustafa kini bisa tersenyum-senyum sendiri.  

Kaya' cendol dah, penuh bangetttt

Kebahagiaan Pranikah: Siraman

"Kamu tidak bahagia, ya, saat kita menikah?"

Mustafa terus menenggak bir dingin bersama kedua kakaknya. Pitcher kedua dan mereka masih tertawa terbahak-bahak. Hari semakin pagi dan dingin semakin menusuk. Mustafa masih tegang sehabis mengikuti doa bersama dan menjadi pusat perhatian. Sampai akhirnya mereka pulang dan membubarkan diri.

Sesampainya di rumah, Mustafa tambah terkejut lagi, karena bagian dalam rumah sudah dihias sedemikian rupa untuk acara berikutnya, siraman. Siraman itu acara memandikan pengantin. Musdalifah juga dimandikan, hanya saja acaranya berada di tempat terpisah. Hiasannya heboh dan penuh bunga. Mustafa suka dengan bunga, hanya saja tidak untuk dipasang secara sporadis di seluruh rumah dan berwarnawarni. Jika saja hiasan ada di satu pot kecil sebagai pusat, tentu Mustafa akan jatuh cinta. Tetapi ini di sepanjang tangga menuju kamar Mustafa dipasang bunga, di backdrop dipasang bunga, diluar rumah dipasang backdrop. Musdalifah tentu sudah tidur, tak ingin Mustafa membangunkan Musdalifah untuk menenangkannya. Tidurlah Mustafa.

Keesokan paginya Mustafa bangun dan menemukan rumahnya sudah dihias lebih ramai lagi. Kursi dipasang di banyak tempat. Di halaman luar terpasang tenda yang menurut banyak orang cantik. Tenda dua warna yang banyak digunakan orang kawinan. Tenda di halaman itu digunakan untuk upacara siraman. Paniklah Mustafa, tanpa mandi Mustafa menggeber sepeda motornya ke warnet terdekat karena tidak kuat membayangkan akan seperti apa malunya Mustafa nanti. 

Setelah tenang, Mustafa pulang dari warnet dengan kesiapan dan kerelaan untuk diapa-apakan. Disambut oleh Umi yang lega melihat Mustafa kembali, karena dipikir mustafa akan kabur dan tak kembali atas teror yang tercipta di rumah. Mustafa menenangkan Umi dengan meyakinkan Umi kalau Mustafa tak akan lari dari ini. Tak lama Paes yang akan mengatur segala upacara datang. Mustafa kembali merasakan dorongan untuk lari.

Paes memulai tugasnya. Membedaki Mustafa dan melipstiki Mustafa. Kini Mustafa sudah berpakaian jawa dengan bedak dan lipstik. Mustafa tidak suka dengan hal ini, karena menurut Mustafa, bedak dan lipstik seharusnya dikenakan perempuan saja. Jadi tidak perlu pria berdandan hanya untuk alasan supaya bagus difoto nanti. Mustafa menyembah pada paes untuk tidak dibedaki, tetapi sudah tidak bisa lagi. akhirnya hanya tipis saja bedaknya. 

Paes menjelaskan apa yang harus dilakukan Mustafa, bagaimana caranya sungkem, bagaimana caranya berjalan duduk, dan bagaimana caranya hormat. Mustafa sungkem dulu pada Abah, kemudian pada Umi, kemudian pada Orang tua Umi, dan terakhir kakak laki-laki Mustafa. Mustafa merasa geli saat harus sungkem pada kakak Mustafa, karena mereka berdua sudah sering bercanda terlalu lama, dan....sebenarnya dahulu mereka tidak menginginkan pernikahan karena malas ribet dengan adat jawa yang mau tak mau harus dilakukan. Tapi sampai juga mereka berdua pada posisi itu. Tetaplah dengan rela mereka mengikutinya.


Setelah sungkem, pakaian Mustafa dilucuti, bertelanjang dada dan dikalungi rangkaian bunga melati. Mustafa malu bukan kepalang, perutnya yang buncit diumbar kemanamana dan dadanya yang terepes pun terbuka dengan malumalu. Mustafa kemudian digiring ke tenda luar untuk dimandikan. Air untuk memandikan pun tidak sembarang, harus diambil dari 7 mata air yang berbeda, kemudian diaduk menjadi satu dengan kembang yang berupawarnanya. Abah dan Umi menyiram bergantian dengan doa yang dibisikkan, tentunya doa itu untuk kebaikan Mustafa. Setelah Abah dan Umi, bergantian pakdhe-palkdhe dan beberapa tetangga yang sudah pernah mantu diminta untuk memandikan Mustafa, semuanya sambil mengucapkan doa. 

Setelah dimandikan, rambut Mustafa digunting 3 kali, sedikit sedikit saja supaya tidak terlalu pitak nantinya. Rambut disimpan ke dalam wadah untuk disatukan dengan potongan rambut Musdalifah untuk dikubur di tanah orangtua. Setelah itu air kendi sisa siraman harus dihabiskan semua dan kendinya dipecahkan. Laluuuu...ada...hmmm...Mustafa digendong oleh Abah dan Umi. Menggendongnya pun tidak menggendong beneran, cuma pura-pura aja, soalnya Abah dan Umi badannya lebih kecil jadi tidak mungkin kuat mengangkat Mustafa yang lumayan berat. Kemudian selesai.

Acara Siraman selesai, Mustafa digiring ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan Mustafa memeluk Abah dan Umi menggantikan sungkem. Karena sungkem adalah acara yang dibuat-buat dan tidak dilaksanakan dengan kesadaran Mustafa, karena itu Mustafa meminta maaf atas segala dosa, meminta agar Abah dan Umi merelakan Mustafa untuk hidup dengan Musdalifah, meminta agar Abah dan Umi juga percaya kalau Mustafa dan musdalifah akan baik-baik saja. Kemudian hujan air mata. 

Sungkeman memang mengharukan, tetapi Mustafa tidak terharu karena harus diatur-atur sungkemnya seperti apa, jalannya seperti apa, memegang lutut dan menciumnya seperti apa, sampai harus diatur supaya Mustafa mencium pipi kanan-kiri orangtuanya. Ya, akhirnya upacara pun terlaksana tanpa kesadaran yang sesuai takarannya. Makanya Mustafa merasa perlu untuk sungkem pada orangtuanya dengan caranya sendiri, dengan ruang yang lebih privat, dan tanpa harus difoto.

Mustafa masih sedikit ragu untuk menjawab pertanyaan Musdalifah, karena masih ada yang mengganjal rasanya.


resik!

Thursday, June 27, 2013

Kebahagiaan Pranikah: Bidston

"Kamu tidak bahagia, ya, saat kita menikah?"

Itu tanya Musdalifah pada Mustafa di sebuah malam yang misterius. Bagaikan belati dingin dan keji yang Mustafa rasakan saat mendengarnya, tidak tahu apa jawaban yang sebenarnya diharapkan Musdalifah. Mustafa mengingat balik kejadian apa saja yang dialaminya saat itu.

Rabu adalah hari terakhir Mustafa bekerja sebelum cuti. Seperti hari biasa, seusai bekerja Mustafa tidak segera pulang, dia nongkrong dulu di kafe murahan dekat kantornya bersama sobatnya. Sedatang gelap, barulah Mustafa pulang. Betapa terkejutnya Mustafa melihat tenda yang sangat besar sudah terpajang di depan rumahnya. 

Tenda-tenda itu adalah tenda yang akan digunakan untuk menyambut tamu saat acara berdoa bersama pada hari kamis. Orangtua Mustafa jauh-jauh hari sudah menjelaskan kalau ingin mengadakan acara doa bersama agar hidup pernikahan Mustafa-Musdalifah akan berjalan baik sesuai dengan jalan Kristus, yaaaa...Mustafa tentu saja menerimanya dengan suka cita, apalagi dijanjikan untuk membuatnya menjadi acara doa bersama yang sederhana dan dihadiri oleh sedikit orang. Yaaaa...melihat tenda yang raksasa itu membuat hati Mustafa ciut, ternyata Mustafa dan orangtuanya memiliki deskripsi 'sederhana' sangat berbeda. Mustafa seketika ketakutan dan rasa malu menghampirinya. Tidak ada kepercayaan diri yang bisa Mustafa bangun. Pernikahan sudah mulai terlihat menakutkan. 

Apa yang Mustafa lakukan pada saat seperti itu? Mustafa biasanya mencari Musdalifah, tetapi sayang sekali Musdalifah sudah tidak dapat ditemui lagi, karena Musdalifah sudah dipingit dan tidak boleh bertemu dengan Mustafa. "ini celaka", pikir Mustafa. Akhirnya Mustafa hanya mengandalkan telepon genggam dan menghubungi Musdalifah, untunglah teleponnya tidak turut dipingit sehingga Mustafa masih bisa menghubungi.  Dengan keibuan Musdalifah menenangkan Mustafa untuk tidak perlu kuatir. Kemudian Mustafa tertidur.

Kamis adalah hari acara doa bersama. Mustafa tegang seharian setelah melihat kursi mulai disusun dibawah tenda, gubug untuk menyajikan makan malam mulai disusun, podium untuk pendeta berkhotbah mulai disiapkan, sound system mulai disetting. Seperti acara mantenan biasanya, untuk test sound selalu menggunakan tembang jawa. dan rumah Mustafa pun mendadak berubah seperti sedang ada di pedesaan dengan pakaian jawa yang berwarna mengkilat menyala dan dandanan menor. Suasana seketika mencekam. Bayangan Mustafa akan menghadiri doa massal tanpa kehadiran Musdalifah sangatlah menyeramkan. 

Yup, Musdalifah tidak dapat hadir. Musdalifah masih dipingit dan tidak boleh bertemu dengan Mustafa. Jadwal doa syukur pun tidak bisa dirubah karena orangtua Mustafa tidak mau mengubahnya. Orang yang hadir untuk mengikuti acara doa bersama pun tidak bisa bertem dengan Musdalifah, tidak ada calon pengantin putri terasa aneh pada saat-saat seperti itu. Ramainya orang-orang yang tidak Mustafa kenal dengan dekat, absennya Musdalifah, fokus yang tertuju pada Mustafa, hal-hal itu membuat perut Mustafa menjadi mules dan keringat dingin bercucuran. Tidak ada yang bisa menenangkan Mustafa selain Musdalifah, dan Musdalifah tidak ada. Pendeta yang berkhotbah pun tidak Mustafa kenal. 

Awalnya Mustafa tidak mau duduk dipajang di dekat mimbar tempat pendeta berkhotbah. Mustafa sempat bersembunyi di samping rumah dekat sumur tua. banyak orang mencarinya. Kerabat orangtua Mustafa yang datang turut gelisah karena pengantin pria tidak kunjung tampak. Mustafa ketakutan setengah mati. Mustafa merasakan geram dan benci pada orangtuanya yang menempatkan Mustafa di situasi seperti itu. Mustafa menyesal hidup di alam kristiani yang tidak bisa Mustafa pilih. Orang-orang bersikap ramah pada Mustafa yang tidak pernah duduk ngobrol - hampir tidak kenal, bahkan namanya pun tidak tahu. Tetapi semuanya berusaha terlihat ramah dan baik-baik saja. Entah apa yang ada di benak orang-orang itu.

Akhirnya Mustafa ditemukan oleh Umi bersembunyi di dekat sumur. Seketika diomel panjang lebar dan ditarik untuk duduk di hadapan para tamu yang sudah hadir terlebih dahulu. Mustafa muncul tanpa alas kaki, celana jeans super ketat, dan kemeja yang tidak rapih. Mustafa tidak dapat berpikir. Di samping Mustafa telah duduk Abah dengan batik dan sepatu mengkilat. Mustafa tambah merasa buruk lagi. Berulangkali pendeta berkhotbah sambil menunjuk Mustafa yang membuat calon pengantin pria ini ingin pingsan. 

Menit berlalu. Jam berlalu. Acara selesai. Abah menutup acara dengan mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan. Mustafa sudah diancam untuk selalu dekat dengan Abah dan berdiri di samping abah di depan rumah untuk menyalami para tamu satu per satu. Tidak bayak wajah yang bisa Mustafa sebutkan namanya. Beberapa wajah asing. Salaman demi salaman dilalui Mustafa dengan senyum lebar yang dibuat-buat dan membuat mulutnya kaku. Tamu bubar.

Mustafa berganti pakaian dan membeli bir. Masih belum bisa menjawab pertanyaan Musdalifah.

menegangkan


Friday, June 21, 2013

Moonrise Kingdom

Segera setelah Mustafa menikah dengan Musdalifah, mereka tinggal di sebuah rumah sewaan bersama dengan adik Musdalifah, Masmus, yang tentu saja ke-arab-araban itu. Sebuah rumah kecil yang hangat buat mereka bertiga dan perlahan-lahan disi dengan perabotan modern dengan disain jempolan yang sedikit terlalu wah untuk rumah itu. Mustafa, Musdalifah, dan Masmus manamai rumah kecil itu "Moonrise Kingdom", setelah nama "Sangkar Serigala" dan "Wolves' Lair" dirasa terlalu suram.

Moonrise Kingdom atau Moonking diambil dari sebuah judul film awkward yang mengena di hati Mustafa dan Musdalifah, dengan harapan rumah itu menjadi Kingdom bagi mereka dan juga akan bermanfaat bagi orang lain. Ya, manfaat dimaksud adalah menjadikan penghuninya berguna bagi orang lain. Karena ini masih rumah sewaan, barti ya mungkin Moonking akan berubah bentuk setiap tahun, sampai tabungannya cukup untuk memiliki Moonking permanen pada waktunya nanti. Sama seperti Mustafa yang akhirnya memiliki pasangan permanen saat usianya cukup dan waktunya tepat.

Begitu masuk gerbang Moonking, tentu saja akan bertemu dengan garasi yang hanya atap dan disebelah kiri ada pintu dan halaman kecil. Halaman ini nantinya akan dibuat seperti taman yang indah penuh dengan tanaman dan bunga-bunga. Bayangan yang ada di benak Mustafa adalah taman ini diisi dengan mainan lego berbentuk pohon mangga atau pohon cemara, lalu ada lego bunga tulip berhiaskan lego star wars. Ya sepertinya bayangan itu hanya akan tetap menjadi bayangan Mustafa, karena tidak mungkin Musdalifah menginginkan taman yang kekanak-kanakan seperti itu hanya kerna Mustafa tidak suka dengan rumput liar yang tumbuh di taman Moonking.

Di dalam Moonking ada kamar mandi, kamar tidur Masmus, dan kamar tidur Mustafa-Musdalifah lengkap dengan sebuah kamar mandi kecil didalamnya. Jika nanti kebelakang ada dapur, wastafel, dan tempat mencuci pakaian lengkap dengan pemandangan sebuah taman lagi yang berlantaikan batako. Baru ada 1 kursi di Moonking, dan itu sangat nyaman, berwarna merah dan terlihat hangat. Nyaman rasanya duduk di sana. Di dekat kursi itu ada timbangan berat badan yang jarang sekali digunakan, karena penghuni Moonking terlalu takut pada konsekuensi atas segala makanan yang mereka konsumsi dan olah raga yang tak kunjung mereka lakukan.

Satu ruangan lagi yang ada di Moonking adalah Ruang Wardrobe yang berisi lemari pakaian dan kotak sepatu. Segala pemuas nafsu busana mereka ada di Ruang Wardrobe. Lampu ruangannya selalu menyala agar tidak lembab dan pakaian terawat. Mustafa serahkan semuanya pada Musdalifah, karena Musdalifah lebih tahu perihal ini. Seperti halnya Musdalifah lebih tahu perihal merawat mobil, menjaga agar pakaian tidak pudar warnanya, bagaimana cara memperbaiki meja dan kursi, menghapal obat-obatan dan khasiatnya, sampai bagaimana menakar kopi dalam gelas yang berbeda-beda.

Lalu apa yang Mustafa lebih tahu?

... ... ...

*nenggak cocacola*

... ... ...

*kepul-kepul rorok*

... ... ... ... ...

*berpikir keras*

... ... ... ... ... ...

apa yaaa...?

... ... ... ... ... ... ...

*matikan rokok kemudian tidur*



Tuesday, June 18, 2013

cinta & komitmen

Ya, seperti yang sudah diakui oleh Mustafa, Mustafa memang jatuh cinta pada Musdalifah dan konsekuensi atas jatuh cintanya itu membawa mereka berdua pada apa yang dinamakan oleh pernikahan. Agar semakin sah cinta mereka di mata negara dan agama.

Cinta.

Mustafa memang jatuh cinta pada Musdalifah sejak dahulu kala mereka bertemu pertama kali. 8 tahun lamanya. Tetapi apakah benar dulu Mustafa jatuh cinta pada Musdalifah? Padahal dahulu Mustafa masih bersama dengan perempuan lain dan Musdalifah pun masih bersama dengan pria lain.

Mustafa terlihat memainkan mata tanda kebingungan ketika dihadapkan dengan pertannya ini. Mustafa pun tidak bisa lagi mengelak dengan mengatakan bahwa kejadian itu sudah lama berlalu dan cinta yang membuatnya ingin menikah belum dia rasakan. Tidak bisa seperti itu. Bagaimana dengan kekasih-kekasih Mustafa sebelum menikah dengan Musdalifah, apakah bukan cinta yang dirasakan oleh Mustafa?

"Cinta pada Musdalifah berbeda dengan cinta pada wanita lain", ujar Mustafa lantang. Terdengar klise awal pernyataan itu keluar dari Mustafa. Klise karena Mustafa pun tidak bisa memungkiri kalau dulu pun ada beberapa perempuan yang membuat Mustafa jatuh cinta. Apa yang beda? "Cinta pada Musdalifah bergandengan dengan komitmen". Ya, akhirnya hanya komitmen yang membedakan cinta yang satu dengan cinta yang lain. Komitmen membawa Mustafa pada tanggung jawab dan keberanian untuk menanggungnya.

Dulu sih Mustafa hanya awal-awal saja jatuh cintanya. Komitmen pada jatuh cintanya dahulu kala hanya membawa Mustafa pada berusaha untuk tidak melukai perasaan perempuan lain itu. Walaupun seperti kita ketahui bahwa jatuh cinta pasti akan sakit. Namanya juga jatuh, ya sakitlah. Dan tentu saja jatuh cinta yang dahulu membawa kesakitan yang bermacam-macam, karena Mustafa tidak memiliki komitmen yang lebih seperti komitmen cinta Mustafa pada Musdalifah.

Cinta.

"Aku baru sekali ini merasakan jatuh cinta," ujar Mustafa tersipu malu dan memerah pipinya ketika ditanya sudah berapa kali merasa jatuh cinta. Mustafa malu mengeluarkan pernyataan itu karena banyak orang yang akan menganggap Mustafa hanya berkata gombal. Ya, kalau memang kenyataannya seperti itu, mau gimana lagi, kalau percaya ya mari kita ikuti cerita Mustafa lebih lanjut lagi, kalau tidak percaya ya sudah, lupakan saja Mustafa.

Yang jelas, Mustafa kebingungan bukan kepalang ketika cincinnya tertinggal di rumah saat dia bekerja.

Sunday, June 16, 2013

Dukun Manten

Mustafa kawin.

Hampir saja Mustafa mengamuk di hari pernikahannya. Memang benar tidak ada yang diinginkan Mustafa selain menikah dan hidup berkeluarga, tetapi ternyata proses menuju ke sana pun membawa Mustafa kepada hari-hari yang cukup berat.

Keluarga besar Mustafa dan Musdalifah sepakat mengadakan upacara pernikahan dengan adat Jawa. Tentu saja keluarga Mustafa tidak memaksakan memakai upacara adat Timur Tengah, karena pernikahan ini adalah pernikahan yang dipersiapkan oleh keluarga Musdalifah. Ya, keluarga Musdalifah yang menentukan akan seperti apa nanti acaranya, walaupun keluarga Mustafa tetap membantu sebisanya dan seperlunya. Nah, upacara adat jawa ini ternyata sangat ribet dengan beberapa aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Tentu saja Mustafa dan Musdalifah tidak tahu-menahu tentang aturan yang dimaksud, dan yang tahu peraturannya adalah Dukun Manten, atau biasa disebut Paes.

Paes ini imenjadi seperti penentu apa saja ritual yang akan dijalani oleh keluarga Mustafa dan Musdalifah beserta keluarganya nanti. Itu membuat Paes seperti harus dituruti segala perkataannya. Dan ya, pembawaan si Paes tentu saja 'bossy' gitu dong ya, secara yang paling tau gitu loh. Lebih parahnya lagi, si Paes ini tidaklah sendiri, tetapi ada beberapa asistennya yang tidak kalah 'bossy' dari si Paes. Masih ada yang lebih parah lagi pastinya, yaitu selera Paes yang sangat 'old fashioned'. Nah loh, lengkap dah!

Mungkin seleranya ndak 'old fashioned' banget, ya, cuma semua pakaian dan make-up Mustafa semuanya menjadi heboh. Bayangan pernikahan Mustafa yang sederhana pun jadi ambayar. Beskap pengantin yang Mustafa bayangkan polos dan berkelas menjadi penuh dengan manik-manik yang membentuk motif entah apa. Make-up yang seharusnya jatah Musdalifah dan perempuan lain tetap saja dipaksakan pada Mustafa. Walhasil wajah Mustafa menjadi putih pucat seperti dracula yang sedang menstruasi. Menjadi pengantin sekali seumur hidup yang dandy pun gagal.

Sebelum hari pernikahan, Mustafa dipisahkan dari Musdalifah selama beberapa hari. Tujuannya agar Mustafa lupa pada Musdalifah dengan harapan terpana saat bertemu di gereja nantinya. Hasilnya? Ya, tentu saja tujuannya tidak tercapai. Mustafa tetap mengingat seperti apa bentuk Musdalifah, mulai dari tatapannya, bentuk mulutnya, sampai lengannya yang sering kali membuat Mustafa gemas. Apakah Mustafa terpana? ya, Mustafa terpana melihat Musdalifah dengan sanggul yang menggantung di belakang kepala Musdalifah.

Jadi gimana yaaaa...lha katanya pernikahan sekali seumur hidup, jadi sebisa mungkin pernikahan yang diimpikan terwujud. Tetapi eh tetapi, pernikahan itu sejujurnya bukanlah milik pengantin semata, tetapi milik keluarga juga. Keluarga di sini tentu saja artinya orangtua. Jika nanti tidak sesuai dengan keinginan orangtua, malah orangtua yang merasa dipermalukan. Tetapi jika keinginan orangtua yang diwujudkan malah nanti pengantinnya yang merasa malu. Serba salah yaaa...tetapi karena Mustafa dan Musdalifah adalah orang yang sudah dewasa, tentu saja mereka berdua dengan suka rela menuruti keinginan orang tua. Berbakti, jeeee...

Sebenarnya pun tidak orangtua tidak sepenuhnya melakukan yang mereka inginkan. Mereka tetap lebih banyak mendengarkan perintah Paes. Kenapa? Ya karena Paes yang lebih tau. Jadi apa yang diperintahkan Paes pun harus dituruti, suka atau tidak suka. Dari mana asal Paes? Paes datang masuk ke dalam pernikahan tentu saja sesuai dengan permintaan orangtua juga. Nah loh...bingung ga? ya anggap saja hubungan antara pengantin-orangtua-Paes dalam sebuah upacara pernikahan adalah sebuah lingkaran setan. Mengerikan.


Thursday, June 6, 2013

Expired Date

Mustafa sudah tidak berkutik diapa-apain sama yang mau mengapa-apain dirinya. Sepertinya dipakaikan lipstik Sepertinya mau diuculi pakaiannya. Sepertinya mau digunting rambutnya sedikit. Sepertinya mau disiramin sama orang-orang tua yang sudah lebih berpengalaman dan tidak boleh dibantah. Sepertinya mau dipajang di dekat sumur yang sudah dihias seperti rumah di desa-desa. Sepertinya mau dibuat seperti terkesan Jawa. Sepertinya ke-timurtengahan Mustafa hendak dilucuti dan menjadi mas-mas Jawa tulen. Dan sepertinya nanti nama Mustafa pun harus dilafalkan seperti orang jawa kebanyakan, Mustofo.

Mustafa dipisahkan dari Musdalifah selama beberapa hari dan itu tidak membuatnya tenang. Ya walaupun natinya tetap akan dipertemukan dan malah justru jadi sah, hanya saja Mustafa tidak begitu pandai menghadapi orang banyak yang tidak begitu dikenalnya. Bahkan lebih dari separuh orang yang ditemuinya selama beberapa hari ini belum pernah dijumpai oleh Mustafa.

Mustafa kawin.

Ujarnya dahulu Mustafa enggan kawin dan beranak pinak. Ujarnya dahulu Mustafa tidak ingin memiliki komitmen yang dibawa sampai seumur hidup. Ujarnya dahulu Mustafa terlalu takut untuk bertemu dengan satu perempuan saja sampai hidupnya sudah expired nanti. Mustafa, oh, Mustafa, apa yang membuatmu berubah pikiran.

Mustafa kawin.

Musdalifah dipuja oleh banyak kenalan dekat Mustafa. Hanya Musdalifah yang bisa membuat Mustafa melupakan ucapannya dahulu kala. Hanya Musdalifah yang membuat Mustafa diam tak berkutik dan jatuh cinta. Hanya Musdalifah yang bisa membuat Mustafa diam dan membayangkan betapa baiknya nanti hidup Mustafa. Sampai hidup Mustafa mencapai expired date nantinya.

"Yakin, Mus?"

"..."

"Mus...?"

"..."

"yakin?"

"Apa?"

"Yakin kamu?"

"100% yakin" ujar Mustafa mantap sambil mengacungkan dua jempolnya saat ditanya oleh pak pendeta yang sedang berkhotbah agar tampak asyik dan memiliki interaksi dengan umatnya.

"Halleluya!" ujar pak pendeta sambil diiringi tepuk tangan umat yang lain.

Malam itu, dan malam-malam berikutnya Mustafa akan selalu yakin dengan Musdalifah.