Sunday, June 16, 2013

Dukun Manten

Mustafa kawin.

Hampir saja Mustafa mengamuk di hari pernikahannya. Memang benar tidak ada yang diinginkan Mustafa selain menikah dan hidup berkeluarga, tetapi ternyata proses menuju ke sana pun membawa Mustafa kepada hari-hari yang cukup berat.

Keluarga besar Mustafa dan Musdalifah sepakat mengadakan upacara pernikahan dengan adat Jawa. Tentu saja keluarga Mustafa tidak memaksakan memakai upacara adat Timur Tengah, karena pernikahan ini adalah pernikahan yang dipersiapkan oleh keluarga Musdalifah. Ya, keluarga Musdalifah yang menentukan akan seperti apa nanti acaranya, walaupun keluarga Mustafa tetap membantu sebisanya dan seperlunya. Nah, upacara adat jawa ini ternyata sangat ribet dengan beberapa aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Tentu saja Mustafa dan Musdalifah tidak tahu-menahu tentang aturan yang dimaksud, dan yang tahu peraturannya adalah Dukun Manten, atau biasa disebut Paes.

Paes ini imenjadi seperti penentu apa saja ritual yang akan dijalani oleh keluarga Mustafa dan Musdalifah beserta keluarganya nanti. Itu membuat Paes seperti harus dituruti segala perkataannya. Dan ya, pembawaan si Paes tentu saja 'bossy' gitu dong ya, secara yang paling tau gitu loh. Lebih parahnya lagi, si Paes ini tidaklah sendiri, tetapi ada beberapa asistennya yang tidak kalah 'bossy' dari si Paes. Masih ada yang lebih parah lagi pastinya, yaitu selera Paes yang sangat 'old fashioned'. Nah loh, lengkap dah!

Mungkin seleranya ndak 'old fashioned' banget, ya, cuma semua pakaian dan make-up Mustafa semuanya menjadi heboh. Bayangan pernikahan Mustafa yang sederhana pun jadi ambayar. Beskap pengantin yang Mustafa bayangkan polos dan berkelas menjadi penuh dengan manik-manik yang membentuk motif entah apa. Make-up yang seharusnya jatah Musdalifah dan perempuan lain tetap saja dipaksakan pada Mustafa. Walhasil wajah Mustafa menjadi putih pucat seperti dracula yang sedang menstruasi. Menjadi pengantin sekali seumur hidup yang dandy pun gagal.

Sebelum hari pernikahan, Mustafa dipisahkan dari Musdalifah selama beberapa hari. Tujuannya agar Mustafa lupa pada Musdalifah dengan harapan terpana saat bertemu di gereja nantinya. Hasilnya? Ya, tentu saja tujuannya tidak tercapai. Mustafa tetap mengingat seperti apa bentuk Musdalifah, mulai dari tatapannya, bentuk mulutnya, sampai lengannya yang sering kali membuat Mustafa gemas. Apakah Mustafa terpana? ya, Mustafa terpana melihat Musdalifah dengan sanggul yang menggantung di belakang kepala Musdalifah.

Jadi gimana yaaaa...lha katanya pernikahan sekali seumur hidup, jadi sebisa mungkin pernikahan yang diimpikan terwujud. Tetapi eh tetapi, pernikahan itu sejujurnya bukanlah milik pengantin semata, tetapi milik keluarga juga. Keluarga di sini tentu saja artinya orangtua. Jika nanti tidak sesuai dengan keinginan orangtua, malah orangtua yang merasa dipermalukan. Tetapi jika keinginan orangtua yang diwujudkan malah nanti pengantinnya yang merasa malu. Serba salah yaaa...tetapi karena Mustafa dan Musdalifah adalah orang yang sudah dewasa, tentu saja mereka berdua dengan suka rela menuruti keinginan orang tua. Berbakti, jeeee...

Sebenarnya pun tidak orangtua tidak sepenuhnya melakukan yang mereka inginkan. Mereka tetap lebih banyak mendengarkan perintah Paes. Kenapa? Ya karena Paes yang lebih tau. Jadi apa yang diperintahkan Paes pun harus dituruti, suka atau tidak suka. Dari mana asal Paes? Paes datang masuk ke dalam pernikahan tentu saja sesuai dengan permintaan orangtua juga. Nah loh...bingung ga? ya anggap saja hubungan antara pengantin-orangtua-Paes dalam sebuah upacara pernikahan adalah sebuah lingkaran setan. Mengerikan.


No comments:

Post a Comment