Wednesday, April 17, 2013

Perayaan

Bertahun-tahun Mustafa memiliki ketakutan yang tidak wajar pada apa yang disebut dengan perayaan. Ya kalau mau dibilang tidak wajar ya ndak juga, sih, tapi kalau dibilang wajar ya sebenarnya cukup aneh juga. Mustafa tidak bisa merasakan kegembiraan seperti apa yang dirasakan orang lain yang merayakannya, jadi sebagian besar perayaan dia lewati dengan senyum kecut diantara tawa lepas milik rekan-rekannya.

Ada beberapa perayaan besar yang terjadi di hidup Mustafa, dan mungkin di hidup manusia
lain juga, seperti ulang tahun, tahun baru, dan perayaan hari besar agama. Ketiga perayaan itu menjadi masalah bagi Mustafa karena selalu ada harapan dan doa dari orang lain yang mengiringi Mustafa.

Apa yang menjadi masalah dari itu? Ya tidak lain dan tidak bukan adalah karena dari doa -doa yang dipanjatkan untuk Mustafa, selalu ada tanggung jawab yang harus dilakukan. Semisal ulang tahun, doa yang diberikan biasanya berkisar pada panjang umur, kesehatan, dan kepintaran. Tentu diiringi dengan kata 'tambah'. Alih-alih Mustafa berbahagia karena mendapat doa seperti itu, Mustafa justru terbebani untuk menjadi menjaga diri agar panjang umur dengan tidak berjalan di tengah jalan, tidak meminum baygon, tidak melakukan apa yang sebenarnya bisa dia lakukan. Jadi intinya, dengan menerima doa itu, dia harus melakukan apa yang dituntut oleh orang yang mendoakan.

Bagaimana dengan tahunbaru? Tahun baru dibuka dengan doa untuk menjadikan tahun yang baru lebih baik dari tahun yang kemarin. Sebenarnya sedikit aneh juga sih, karena menjadi tahun yang lebih baik itu tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap orang yang mendoakan. Dan Mustafa akhirnya berusaha keras untuk menjadikan tahun yang di depan menjadi lebih baik karena dia tidak ingin doa yang diberikan itu menjadi sia-sia dan teman yang memberikan doa itu kemudian enggan untuk menemui Mustafa lagi.

Doa-doa itu menjadi semacam motivasi bagi Mustafa sepertinya. Entah alasan apa yang diberikan oleh Mustafa atas sikap antipatinya terhadap perayaan apapun, tetapi yang jelas Mustafa menjadi orang yang bertanggung jawab dan tidak sendirian dalam menghadapi segala kemungkinan baik ataupun buruk di kemudian hari nanti. Entah merasa terpaksa atau tidak, Perayaan membuat Mustafa tidak merasa sendiri dan kesepian.

Catatan: Perayaan Natal biasanya Mustafa anggap sebagai perayaan yang paling bermasalah, karena dia harus melakukan banyak hal di luar keyakinanya, lagipula Natal berhubungan dengan agama tertentu. Dan tentunya sudah disadari kalau agama dan Mustafa tidak pernah akur. Tetapi Natal 2012 adalah Natal yang penuh arti bagi Mustafa, Natal yang tidak melulu soal agama dan alkitab, natal yang tidak melulu menjadi puncak perayaan betapa kuatnya agama yang dimiliki seseorang. Natal adalah sesuatu yang harus dimaknai lebih dari sekedar agama. Dan Mustafa dalam hati sangat bersyukur pada orang-orang yang membuat Mustafa menyadari itu. Amin!

No comments:

Post a Comment