Monday, April 8, 2013

Mustafa, Musdalifah, Adam, Tutik, dan Pak Hukum

Mustafa dan Musdalifah gembira karena mereka berdua akan mendapatkan pembekalan dari gereja perihal hukum dalam rumah tangga dari seorang praktisi hukum bersama dengan pasangan lain yang juga ingin membekalkan diri. Tetapi ternyata hal tersebut jauh lebih buruk daripada pembekalan hari sebelumya.

Sesampai di ruang pembekalan, Mustafa dan Musdalifah sudah ditunggu oleh yang akan mengajari mereka, sebut saja Pak Hukum, berambut putih, berwajah keras, dengan luka bekas operasi di bawah lehernya. Sungguh menyeramkan. Mustafa seketika merasakan bahwa pembekalan hari ini akan sangat berat. Tetapi Mustafa masih berharap pada pasangan lain yang akan ikut serta. Berharap mereka adalah pasangan yang seru dimana Mustafa dan Musdalifah bisa berhaha-hihi bersama mereka membicarakan Pak Pendeta dan orang lain. Tetapi ketika pasangan ini muncul, sebut saja Tutik dan Adam, harapan Mustafa sekali lagi sirna. 


Ini akan menjadi sangat buruk.


Aura mencekam dikeluarkan oleh Pak Hukum seketika dia memulai pembekalan. Seketika Pak Hukum menunjuk Tutik untuk memimpin doa untuk memulai pembekalan. Mustafa dan Musdalifah pucat pasi, membayangkan bagaimana bila salah satu dari mereka yang ditunjuk saat itu. Dan sepanjang pembekalan, mereka khawatir apabila ditunjuk menjadi pemimpin doa penutupan. Ah, sungguh mencekam sekali. 


Satu hari sebelum pertemuan ini, Pak Hukum sudah memberikan modul untuk mempersiapkan materi hukum hari ini, sebanyak 20 halaman. Pak Hukum berharap Mustafa dan Musdalifah sudah membacanya di rumah sehingga saat kelas berlangsung, mereka berdua tinggal bertanya saja. Tetapi tentu saja itu tidak mungkin. 20 halaman. Bahkan saat misa paskah pun Mustafa tidak bisa melewati halaman 7 dari buku misa yang disiapkan, dan kini, dipaksa membaca 20 halaman modul hukum. Tanpa ada gambar kelinci yang lucu atau kucing yang berlompatan di padang gurun. 20 halaman murni teks semua. Tak dapat dipercaya!


Akhirnya Pak Hukum memimpin membaca modul tersebut. Dan benar-benar membaca. Ketika Mustafa bertanya tentang sesuatu yang mengganggu Mustafa, Pak Hukum menjawab dengan wajah garangnya, singkat, dan kemudian meminta para peserta agar tidak bertanya terlebih dahulu, biarkan Pak Hukum membacakan modul. Mustafa sudah bersungut-sungut dengan sikap Pak Hukum. Tidak ada yang namanya keterbukaan diskusi. Mustafa hanya perlu mendengarkan dan mencerna semua yang diberikan oleh Pak Hukum, dan itulah yang benar. Padahal saat itu baru halaman 7. Masih ada 13 halaman lagi bagi Mustafa untuk bersungut-sungut.


Di sela-sela Pak Hukum menjelaskan, dia meminta Mustafa membaca ayat alkitab. Mustafa membaca dengan cepat, jelas, dan tegas. Kemudian giliran Musdalifah yang diminta membaca. Musdalifah pun membaca dengan cepat, jelas, dan tegas. Ketika sampai pada giliran Tutik, dia membacanya dengan pelan sekali, berusaha terdengar indah, jelas, dan menenangkan. Mustafa semakin naik pitam. Mustafa merasakan panas di kepalanya.Untungnya saat giliran Adam, dia bisa membaca lebih cepat daripada Tutik. Ngah!


Dan pembacaan modul berlangsung lama sampai habis. Mustafa, Musdalifah, Tutik, dan Adam hanya bisa diam saja tidak ada yang berani berkomentar. Sampai akhirnya habis, Pak Hukum meminta para peserta ini bertanya, karena jika tidak bertanya, maka dia yang akan bertanya. hal seperti ini banyak terjadi di dalam kehidupan rohani Mustafa, dan Mustafa biasa menyebutnya dengan "ancaman". Bahkan ajaran yang dia terima pun kebanyakan berisi ancaman, "jika kamu melakukan ini, kamu akan berdosa. Jika kamu melakukan ini, kamu tidak akan diberkati. Jika kamu melakukan ini kamu akan masuk neraka. Jika kamu begini dst, dst, dst". Semua berisi ancaman, dan kebiasaan tersebut membuat ancaman Pak Hukum tidak menggentarkan Mustafa. Mustafa tidak perduli, dia merasa tidak ada yang perlu ditanyakan dan ingin segera meninggalkan ruangan itu, jadi dia tidak bertanya. Begitu pula dengan Mustafa.


Tetapi ancaman Pak Hukum benar-benar terjadi. Dia bertanya pada Mustafa! Dan pertanyaannya seputar harta! menyebalkan sekali. Saat Mustafa tampak gelagapan, Pak Hukum tersenyum dengan puas. Mustafa merasakan tubuhnya memanas. Tidak ingin bernasib sama seperti Mustafa, Tutik bertanya pada Pak Hukum. begitu pula dengan Adam. Jelas sekali mereka membuat-buat pertanyaan. karena pertanyaannya tidak ada hubungannya dengan hukum dan gereja. Penjilat keparat.


Setelah menjawab pertanyaan Adam dan Tutik, Pak Hukum meminta agar kami tidak mencari-cari pertanyaan apabila memang tidak ada pertanyaan. Segera setelah itu dia menutup sesi kali ini, dengan menunjuk Mustafa sebagai pemimpin doa. Nah, ini dia. Saatnya Mustafa mengeluarkan kemampuan ndobosnya dan menyusun supaya terdengar seperti seorang pendeta yang sedang berdoa. Ya sudah, dengan gelagapan dan panik, Mustafa memimpin doa. Dan itu menutup kelas kali ini. 


Sebenarnya Mustafa tidak begitu khawatir apabila diminta memimpin doa, karena Mustafa sudah tau unsur apa saja yang ada di dalam doa umatnya, sementara Musdalifah adalah seorang Public Relation handal yang lihai memainkan kata-kata. Jadi apabila salah satu dari Mustafa atau Musdalifah memimpin doa, sudah dapat dipastikan tidak akan terlalu mengecewakan. 


Keparat! Mustafa naik pitam.


ehow.com

No comments:

Post a Comment