Hari kedua mendapat bekal
pernikahan, Mustafa dan Musdalifah bersiasat untuk membuat suasana menjadi tidak
kaku… dan gagal!
Sebelum meluncur menuju gereja
tempat sepasang rusa yang sedang kasmaran ini diberikan pengarahan tentang
pernikahan, Mustafa singgah sebentar ke sebuah mini market yang cukup gaul
untuk membeli teh sosro dingin. Ya, belajar dari hari sebelumnya yang membuat
mereka dehidrasi karena durasi yang lama dan suasana tegang yang mencekam, maka mereka
menyiapkan minuman.
Mendahului doa pembuka
pengarahan mereka, Musdalifah menawarkan Pendeta minuman tersebut. Pendeta
dengan rambut polemnya yang berminyak menerima teh sosro dengan tersipu dan
mengucapkan terima kasih. Kemudian beliau langsung memanjatkan doa pembukaan
dan diteruskan dengan membicarakan topik pada hari itu, yaitu tanggung jawab
gereja terhadap keluarga.
Teh sosro tidak disentuh.
Gereja ternyata bertanggung
jawab pada umatnya secara penuh. Bertanggung jawab yang dimaksud di sini adalah
memberikan pelayanan spiritual pada umatnya. Contohnya seperti apa yang
dilakukan oleh Mustafa dan Musdalifah, gereja memberikan pelayanan untuk
mempersiapkan supaya rumah tangga mereka tetap harmonis dan menyenangkan di
kemudian hari. *sebenarnya tidak disebutkan tentang menyenangkan sih*. Lalu bisa
juga ketika Mustafa nantinya minta didoakan, gereja akan senang hati
melayaninya. Lalu kalau nanti semisal rumah tangga Mustafa dan Musdalifah
dinilai berantakan, sering berantem, tidak tampak harmonis, suram, atau aura
kegelapan menyelimuti rumah tangga mereka, gereja akan dengan senang hati
proaktif memperbaiki rumah tangga tersebut supaya seturut dengan jalan Tuhan
yang diterjemahkan oleh gereja sebagaimana rupa.
Teh sosro masih tidak
disentuh.
Tetapi tentu saja gereja juga
tidak melulu melayani saja tanpa dilayani. Sebagai bentuk tanggung jawab umat
Kristiani terhadap gereja, Mustafa dan Musdalifah nantinya juga harus melayani
gereja. Bentuknya seperti apa? Ya bisa saja nanti Mustafa aktif di kursi
pengurus gereja, ikut rapat dan membuat supaya gereja mereka semakin oke
nantinya, ramai dan aktif. Atau bisa saja Musdalifah nantinya mengurusi sekolah
minggu yang penuh dengan anak-anak kecil yang berisik dan susah diatur. Atau
semisal nanti mereka berdua memberikan pelayanan ke lapas-lapas yang penuh
dengan orang yang lebih bermasalah daripada mereka berdua untuk memberikan
pelayanan doa supaya jiwa-jiwa yang bermasalah itu ditobatkan.
Kenapa Mustafa dan Musdalifah
harus memberikan pelayanan pada gereja juga? Karena di dalam kitab suci
tertulis kalau manusia sudah seharusnya menjadi garam dan terang dunia. Garam yang
asin dan terang yang benderang. Kalau garam tidak asin tentu saja tidak ada
gunanya, hanya bagaikan mengelutak kerikil saja nantinya. Kalau terang yang
tidak benderang dikhawatirkan nanti menjadi seperti lampu delman yang pernah
dinaiki Suzana dan Bang Bokir…hiiiiiiii…suram!
Teh sosro masih tidak
disentuh.
Nah, Pendeta kami ini sungguh
nyentrik, karena di saat memberikan pengarahan supaya Mustafa dan Musdalifah
tahu persis bagaimana mereka seharusnya bersikap, dia sering tidak
menyelesaikan kalimatnya dan menginginkan Mustafa dan Musdalifah yang aktif
mencari kosakata yang tepat. Mustafa sering kali salah tanggap dan menganggap
seperti kuis cari kata. Ketika jawaban Mustafa salah, dia akan dengan cepat
memberikan jawaban yang lainnya. Masih salah lagi, maka Mustafa tidak putus
asa, semakin menggebu-gebu untuk menjawab sampai benar. Tentu saja ketika
jawabannya benar – sesuai dengan apa yang diinginkan pak pendeta, Mustafa
langsung memasang ancang-ancang untuk tos dengan Musdalifah. Sayangnya
Musdalifah melihat kelakuan Mustafa yang tampak gagal tanggap justru semakin
cemberut wajahnya.
Teh sosro masih tidak
disentuh.
Nah, di ujung sesi, Mustafa
dan Musdalifah merasakan lapar yang cukup dahsyat di sekitaran perut mereka.
Sungguh tak dapat dihindari lagi, mereka berdua terpaksa membuat daftar makanan
yang ingin mereka santap sepulangnya dari gereja. Dan memikirkan itu ternyata
sangat membantu sekali. Tak disangka ujung sesi benar-benar sampai pada
ujungnya, dan pendeta pun menutupnya dengan doa.
Akhirnya teh sosro disentuh
juga oleh pendeta, dan Mustafa serta Musdalifah baru berani menyeruput juga.
jakartadailyphoto.com |
hahahahhahaa...... seru banget sih kursusnya.... btw... tulisanmu makin hidup dan menyenangkan untuk dibaca....
ReplyDeletepasti karna ada Musdalifahnyaaaa
ReplyDeleteHuwaaaaa *kiss kiss
ReplyDelete