Thursday, April 4, 2013

Mustafa, Musdalifah, Pendeta, dan Teh Sosro


Hari kedua mendapat bekal pernikahan, Mustafa dan Musdalifah bersiasat untuk membuat suasana menjadi tidak kaku… dan gagal!

Sebelum meluncur menuju gereja tempat sepasang rusa yang sedang kasmaran ini diberikan pengarahan tentang pernikahan, Mustafa singgah sebentar ke sebuah mini market yang cukup gaul untuk membeli teh sosro dingin. Ya, belajar dari hari sebelumnya yang membuat mereka dehidrasi karena durasi yang lama dan suasana tegang yang mencekam, maka mereka menyiapkan minuman. 

Mendahului doa pembuka pengarahan mereka, Musdalifah menawarkan Pendeta minuman tersebut. Pendeta dengan rambut polemnya yang berminyak menerima teh sosro dengan tersipu dan mengucapkan terima kasih. Kemudian beliau langsung memanjatkan doa pembukaan dan diteruskan dengan membicarakan topik pada hari itu, yaitu tanggung jawab gereja terhadap keluarga.

Teh sosro tidak disentuh.

Gereja ternyata bertanggung jawab pada umatnya secara penuh. Bertanggung jawab yang dimaksud di sini adalah memberikan pelayanan spiritual pada umatnya. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh Mustafa dan Musdalifah, gereja memberikan pelayanan untuk mempersiapkan supaya rumah tangga mereka tetap harmonis dan menyenangkan di kemudian hari. *sebenarnya tidak disebutkan tentang menyenangkan sih*. Lalu bisa juga ketika Mustafa nantinya minta didoakan, gereja akan senang hati melayaninya. Lalu kalau nanti semisal rumah tangga Mustafa dan Musdalifah dinilai berantakan, sering berantem, tidak tampak harmonis, suram, atau aura kegelapan menyelimuti rumah tangga mereka, gereja akan dengan senang hati proaktif memperbaiki rumah tangga tersebut supaya seturut dengan jalan Tuhan yang diterjemahkan oleh gereja sebagaimana rupa.

Teh sosro masih tidak disentuh.

Tetapi tentu saja gereja juga tidak melulu melayani saja tanpa dilayani. Sebagai bentuk tanggung jawab umat Kristiani terhadap gereja, Mustafa dan Musdalifah nantinya juga harus melayani gereja. Bentuknya seperti apa? Ya bisa saja nanti Mustafa aktif di kursi pengurus gereja, ikut rapat dan membuat supaya gereja mereka semakin oke nantinya, ramai dan aktif. Atau bisa saja Musdalifah nantinya mengurusi sekolah minggu yang penuh dengan anak-anak kecil yang berisik dan susah diatur. Atau semisal nanti mereka berdua memberikan pelayanan ke lapas-lapas yang penuh dengan orang yang lebih bermasalah daripada mereka berdua untuk memberikan pelayanan doa supaya jiwa-jiwa yang bermasalah itu ditobatkan.

Kenapa Mustafa dan Musdalifah harus memberikan pelayanan pada gereja juga? Karena di dalam kitab suci tertulis kalau manusia sudah seharusnya menjadi garam dan terang dunia. Garam yang asin dan terang yang benderang. Kalau garam tidak asin tentu saja tidak ada gunanya, hanya bagaikan mengelutak kerikil saja nantinya. Kalau terang yang tidak benderang dikhawatirkan nanti menjadi seperti lampu delman yang pernah dinaiki Suzana dan Bang Bokir…hiiiiiiii…suram!

Teh sosro masih tidak disentuh.

Nah, Pendeta kami ini sungguh nyentrik, karena di saat memberikan pengarahan supaya Mustafa dan Musdalifah tahu persis bagaimana mereka seharusnya bersikap, dia sering tidak menyelesaikan kalimatnya dan menginginkan Mustafa dan Musdalifah yang aktif mencari kosakata yang tepat. Mustafa sering kali salah tanggap dan menganggap seperti kuis cari kata. Ketika jawaban Mustafa salah, dia akan dengan cepat memberikan jawaban yang lainnya. Masih salah lagi, maka Mustafa tidak putus asa, semakin menggebu-gebu untuk menjawab sampai benar. Tentu saja ketika jawabannya benar – sesuai dengan apa yang diinginkan pak pendeta, Mustafa langsung memasang ancang-ancang untuk tos dengan Musdalifah. Sayangnya Musdalifah melihat kelakuan Mustafa yang tampak gagal tanggap justru semakin cemberut wajahnya.

Teh sosro masih tidak disentuh.

Nah, di ujung sesi, Mustafa dan Musdalifah merasakan lapar yang cukup dahsyat di sekitaran perut mereka. Sungguh tak dapat dihindari lagi, mereka berdua terpaksa membuat daftar makanan yang ingin mereka santap sepulangnya dari gereja. Dan memikirkan itu ternyata sangat membantu sekali. Tak disangka ujung sesi benar-benar sampai pada ujungnya, dan pendeta pun menutupnya dengan doa.

Akhirnya teh sosro disentuh juga oleh pendeta, dan Mustafa serta Musdalifah baru berani menyeruput juga. 

jakartadailyphoto.com

3 comments:

  1. hahahahhahaa...... seru banget sih kursusnya.... btw... tulisanmu makin hidup dan menyenangkan untuk dibaca....

    ReplyDelete
  2. pasti karna ada Musdalifahnyaaaa

    ReplyDelete