Tuesday, April 16, 2013

Mustafa Bolos

Mustafa kini sudah berusia 28 tahun. Bekerja di perusahaan yang cukup tenar akan bimbingan rohaninya. Dia suka pekerjaannya. Tetapi tidak kuat dengan bimbingan rohaninya. Saat ada kesempatan untuk terlepas dari perusahaan itu, Mustafa pun menerimanya. Sebelum Mustafa hengkang dari perusahaan itu, dia sudah beberapa kali bolos kerja. Ini hari keduanya.

Seperti biasa, Mustafa berdandan rapi ala pegawai kantoran pada umumnya yang siap menghadapi rutinitas, namun hari ini dia tidak pergi ke kantornya. Mustafa membelokkan kendaraannya menuju sebuah warung kopi untuk mengerjakan proyek sampingannya. Bergelas-gelas kopi dan berbatang-batang rokok dihabiskannya untuk menikmati pagi yang tidak terlalu panas. Desain pesanan pun dikirimkannya satu per satu. Menjelang makan siang, travo listrik di dekat warung kopi meledak, melepaskan suara gemuruh dan percikan bunga api. Mustafa terkejut - tetapi lebih kecewa lagi karena membuat listrik di warung kopi itu mati. Dan koneksi Wi-Fi pun terputus. 


Putus asa namun bahagia, karena Musdalifah pun kebetulan mengajak makan siang bersama. Mustafa mengiyakan karena toh pekerjaannya tidak bisa dilakukan. Siang hari, makan soto. Tidak cukup satu mangkok. Disantapnya dua mangkok soto lamongan sekaligus. Perutnya buncit kekenyangan, namun bahagia. 


Seusai makan siang, Musdalifah kembali ke kantornya, dan Mustafa pun kembali  ke warung kopi tadi. Listrik sudah menyala seperti biasa. Mustafa kembali bekerja. Diselesaikan pekerjaannya, dikirimkan pesanan satu persatu. Para pengunjung datang dan pergi, berpakaian rapi dan gaya. Mustafa tetap di warung kopi. 


Siang semakin sore, matahari semakin pergi. Televisi warung kopi itu menayangkan berita pengeboman Boston. Mustafa terkejut. Pengeboman terjadi di Boston saat Maraton berlangsung. Mustafa tidak habis pikir. Mustafa membenci olahraga. Olah raga membuat Mustafa letih dan berkeringat. Kita semua mengerti kalau kita berkeringat, maka bau badan pun menjadi tidak enak. Mustafa membenci olah raga. Tetap saja Mustafa tidak berpikir untuk meledakkan bom saat acara olah raga berlangsung. Mustafa membenci olah raga tetapi dia tetap slauw


Televisi terus menerus menayangkan berita tentang pengeboman Boston. Lagu "Imagine" dari John Lennon diputar untuk mengiringi pemberitaan dan membuat penderitaan semakin menderitakan. Berseling pula dengan berita tentang kekacauan yang terjadi pada Ujian Nasional. Ada beberapa daerah yang para muridnya harus menunggu 6 jam tanpa berbuat apa-apa karena soal yang dikirimkan dari pusat kurang jumlahnya. Ada pula berita tentang seorang siswa yang harus mengerjakan Ujian Nasional di bui. Siswa itu terkena kasus narkoba sehingga harus dipenjara. Namun siswa itu masih bisa mengerjakan Ujian Nasional. Berbeda dengan seorang siswi yang ternyata hamil. Siswi itu dikeluarkan dari sekolah karena hamil dan tentunya tidak perlu lagi mengerjakan Ujian Nasional. Satu berita lagi tentang aksi siswa yang mencontek saat ujian. Aksi itu tertangkap kamera. Guru pengawasnya acuh dan sibuk membaca koran. 


Sore semakin sore, matahari mulai diganti dengan lampu-lampu. Para mahasiswa - mahasiswa yang oke banget berdatangan di warung kopi tempat Mustafa bolos. Mereka sibuk mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah yang diberikan dosen mereka. Seorang mahasiswa berperut buncit dan seorang mahasiswi cantik seperti model duduk di sebelah Mustafa. Ketika mahasiswa buncit jalan bersama dengan mahasiswi cantik, Mustafa sudah berpikir kalau mahasiswa itu pasti "melambai". Dan ya, memang benar, mereka bersahabat. Yang satu model, yang satu melambai. 


Satu meja lagi dipakai oleh sekelompok mahasiswa-mahasiswi angkatan baru. Mereka sibuk dengan laptopnya masing-masing. Twitter dan Microsoft Word. Microsoft Word dan Twitter. Kedua software itu bergantian muncul di monitor laptopnya. Sedikit canda tawa di antara mereka. Kering sekali percakapan mereka. 


Satu meja lagi dipakai oleh ibu-ibu sosialita yang canti-cantik. Mustafa berharap ibu-ibu ini yang memberikan kelas pra nikah sesi membicarakan titit. Pakaiannya cantik. Rambutnya terurai. Wajahnya angkuh. Dan kalau berbicara melalui telepon genggamnya setengah berteriak. Mahasiswi model sebelah Mustafa mulai membicarakan ibu-ibu itu. Norak ujarnya. Mahasiswa melambai dengan lemasnya berbicara menggunakan bahasa inggris mengiyakan temannya. 


Adzan berkumandang menandakan magrib telah tiba. Sebuah Pajero putih berhenti di depan warung kopi. Salah satu ibu-ibu keluar menyambut pria misterius yang ada di dalam mobil itu. Dengan genit si ibu tersenyum. Ibu satunya masih bercakap di telepon genggam setengah berteriak. Rombongan mahasiswa-mahasiswi beranjak pulang, mungkin ingin sholat dulu untuk kembali lagi nantinya. 


Malam sudah datang. Televisi menayangkan berita yang itu-itu saja. Mustafa sudah tidak sabar untuk bertemu Musdalifah dan bercanda gurau. Malam adalah saat Mustafa bertemu Musdalifah. Malam adalah saat mereka jatuh cinta. Itu membuat Mustafa semakin bersemangat ketika malam tiba.


ini ubin warung kopinya. lucu ya...

No comments:

Post a Comment