Thursday, October 11, 2012

bandara

Suasana Bandara Internasional Lombok
Takdir membawa saya ke airport internasional yang tunggal dan ekstra luas di pulau inil. 50 menit perjalanan dengan mobil saya tempuh dari pusat kota ke bandara, sedikit macet, sedikit berbatu, dan minim lampu jalan menemani perjalanan saya. Bandara ini akrab dipanggil BIL - Bandara Internasional Lombok. 

Saya tidak banyak singgah di bandara, tetapi dari enam bandara yang pernah saya singgahi, BIL ini bandara yang paling ajaib buat saya. Seajaib apa sih?

Jadi begini, nih, dulu di Lombok Bandara bernama Selaparang, Selaparang itu bandara kecil, yang terletak di pusat kota, jadi lebih dekat dengan mana-mana. Maksudnya dekat mana-mana tuh, dekat dengan hotel, dekat dengan tempat belanja, dekat dengan tempat makan, pokoknya dekat mana-mana dah. Kemudian Lombok berusaha untuk menjual pariwisatanya lebih gila-gilaan lagi, yang artinya harus didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung. Maka pada tahun 2009, Lombok mulai bergeriliya mencari lokasi bandara. Ditemukanlah tanah lapang di kota Praya, yang jauh dari pusat pemerintahan Lombok - Mataram. 

Perjuangan Lombok ini pun ga gampang, sob. Sebelum pemerintah membangun bandara ini, terjadilah perang yang maha dahsyat. Perang menggunakan tombak antar dua kubu, kubu yang setuju dengan pembangunan dan kubu yang tidak setuju dengan pembangunan. Kenapa sih tidak setuju dengan pembangunan? saya sendiri tidak tahu, karena saya terlalu takut nanti kalau banyak tanya dan ternyata saya bertanya pada kubu yang salah, perut saya akan tertembus tombak. 

Bandara ini adalah bandara berdarah yang diperjuangkan dengan susah payah. Karena pertempuran dua kubu itu, sempat beberapa kali pembangunan tersendat. Untungnya masih terus berjalan.  Kemudian setelah beberapa peperangan dilalui, tahun 2011 pun selesai pembangunan BIL ini dan diresmikan oleh bapak presiden kita yang tercinta. 

BIL ini sangat luas lahannya. Di dalam pagar bandara, masih tersisa tanah lapang yang belum dibangun, hanya rumput kering yang tinggi menghiasinya. Sungguh mengagumkan. Begitu akan masuk, kita dihidangkan dengan sepetak taman berumput hijau yang penuh dengan iklan hotel. Kemudian langsung kita menemui loket karcis parkir yang dioperatori oleh pegawai wanita yang  lama pelayanannya. Tidaklah saya terlalu mempedulikan kinerja pegawai itu, maklum saja sudah cukup. 

Masuk ke dalam area parkir yang serba luas dan tampak sangat bandara sekali, dengan jalan yang lapang, alur yang cukup jelas, saya masih menemukan lobang di dalam jalanan beraspal itu, dan lubangnya pun tidak main-main dalamnya. Barulah sampai saya ke area parkiran, dan ada kejutan lain yang saya temukan.

kejutannya adalah banyak ibu-ibu yang menggelar dagangannya - sekedar kopi dan aneka cemilan - di area parkir itu. Jadi banyak titik parkir yang seharusnya bisa diisi oleh mobil, terlanjur di sita oleh tikar dan pengunjungnya. Suasananya ramai sekali. ini tidak seperti ramai bandara yang saya bayangkan. Lapangan kosong yang mungkin belum dimanfaatkan oleh manajemen BIL, kini sudah terlanjur dimanfaatkan oleh pedagang lengkap dengan bangunan semi permanennya. ajaib.

Ini adalah bandara internasional yang terlihat tidak siap dengan status internasionalnya. Standar keamanan dan pelayanan yang tidak internasional sama sekali. Pada titik ini saya bersikap tidak adil dengan menyalahkan masyarakatnya yang tidak siap. Saya membayangkan kalau pedagang ilegal yang memanfaatkan lahan bandara ini diusir, maka siap-siap saja pesawat-pesawat yang mendarat tertusuk tombak dari warga di pulau ini. 

Dan peperanganpun terjadi lagi.  

No comments:

Post a Comment