Saturday, February 2, 2013

Entertainment

Mustafa kini sudah tidaklah begitu merana. Kenapa? Kerna apa yang dikejarnya selama beberapa bulan ini dia dapatkan juga. Pekerjaan. Penuh pertimbangan tentunya sebelum memasuki perusahaan di mana Mustafa bekerja saat ini. Yang membuat gundah adalah latar belakang keimanan Mustafa, wahai saudara-saudari yang terkasih.

Perusahaan ini adalah sebuah perusahaan umum, maksudnya perusahaan yang berusaha menaikkan omset penjualan produknya, yang terbuka bagi pekerja dari seluruh kalangan. Ya, tentunya kalangan dengan latar belakang yang sesuai dengan kriteria khusus si pemilik perusahaan, ya. Nah, di perusahaan tempat Mustafa bekerja kini, pada hari-hari tertentu mewajibkan seluruh pekerjanya bersekutu bersama mengikuti ibadah lengkap dengan musik live dan pendeta yang diundang untuk mewartakan firman Tuhan.

Awalnya Mustafa tercengang dengan apa yang dia hadapi. Tidak lain dan tidak bukan karena ini benar-benar hal baru yang sama sekali tidak ada di bayangan Mustafa muncul di dunia kerja. Tapi ya kalau boleh jujur, Mustafa sih senang kalau ada hal baru yang terjadi di hidupnya...tapi ya ndak kayak gini jugak, kaleee! Masalahnya adalah, hal baru ini seharusnya dibiarkan menjadi masalah individu, masalah setiap orang yang tunggal, dan tanpa embel-embel-gembel "wajib".

Akhirnya mustafa melihat kewajiban itu tadi sebagai sebuah hiburan. Hiburan seperti apa? Ya hiburan seperti pertunjukan monoplay yang biasa Mustafa tonton sewaktu kuliah dulu. Ada seorang aktor yang memverbalkan naskahnya dengan berbagai permainan ekspresi wajah dan intonasi yang dimainkan. Uwooohhh! pas lagi cerita sedih, ya wajahnya sedih, pas lagi cerita gembira, ya wajahnya gembira. Dan sang aktor itu bisa seketika berwajah angkuh ketika dia merasa menang dan benar. Benar yang pastinya sudah Mustafa pahami sesuai dengan isi buku petunjuk yang berisi beberapa kitab itu.

Monoplay itu pada akhirnya ditutup dengan nyanyian pemujaan yang dipimpin oleh seorang song leader. Song leader ini pun tidak jauh berbeda dengan aksi seprang aktor monoplay, karena di saat dia menyanyikan lagu ceria, wajahnya bisa menjadi sangat sumringah. Sedetik kemudian berganti lagu menjadi lagu sedih pun dia berwajah merana. Luar biasa. Ini bahkan jauh lebih baik daripada acara musik Dahsyat atau Inbox yang menjamuri televisi nasional Mustafa.

Ya, karena sikap dewasa Mustafa yang mengalami kemajuan, Mustafa bisa melihat hiburan ini dari sisi positif. Apa yang diwajibkan di tempat Mustafa bekerja ini adalah ajaran dan ajakan untuk berbuat kebaikan, warta kasih sayang, dengan anekdot yang sangat enak dibawakan. Terus terang Mustafa sangat menikmati sesi kewajiban ini. Seperti Mustafa yang jadi semakin mengerti bagaimana seharusnya menyikapi kekacauan yang terjadi di negara atau kota tempat dia tinggal. Terlebih lagi bagaimana kewajiban itu mengurangi jam kerjanya selama lebih kurang 50 menit tanpa mengurangi gajinya.

Ini dia, Mustafa yang dewasa dan siap menempuh hidup baru. Walaupun komentar pertama Mustafa sesaat setelah mengikuti sesi wajib ini adalah, "this is so fu*kin' wrong...this is so fu*kin' wrong!"

1 comment:

  1. Hwahahaha... So fu*kin wrong that it becomes right. Xixixixi...

    ReplyDelete